Wednesday, April 15, 2009

Cara berBelanja

Bagi Ibu-Ibu, belanja sih tidak perlu belajar. Sudah bawaan orok deh, kalau wanita suka belanja belanji. Yang jadi masalah adalah duitnya itu lho, cukup nggak. Kalau kita dalam posisi berkecukupan, bersyukurlah. Tapi kalau kita dalam kondisi harus akrobat menyelamatkan nyawa keluarga dengan anggaran yang mepet. Mari belajar bersama.

Ilmu belanja sudah banyak digelar, cuma prakteknya mari kita tinjau ulang
pertama, kita dianjurkan untuk mencatat barang yang akan kita beli. Jelas itu, tapi gimana waktu dilapangan, disiplin atau banyak penyimpangan?? Ada penyimpangan gak masalah, tapi karena apa?? Apa karena waktu kita mencatat malah lupa tidak dicatat.
Kalau menurut pengalaman sih, lupa itu wajar. Karena itu, izinkan penyimpangan dari catatan asal tidak terlalu banyak. Atau bahkan penyimpangan itu merupakan potensi penghematan di kemudian hari. Misalnya, kita sudah mencatat beli sabun satu, tapi di pasar, ada tawaran, beli 3 dapat gratis 1. Kalau menurut saya sih, enakan beli 3 gratis satu. Anggaran memang menyimpang, tapi kita ada penghematan dari sisi harga sabun. Toh sabunnya tetap bisa disimpan untuk keperluan ke depan.
kedua, jangan kepasar dalam kondisi lapar dan marah. Ini memang menurut pengalaman bikin lapar mata dan lapar hati. Kalau lapar perut, kita jadi pengen beli ini-itu yang seakan bisa memuaskan perut. Apalagi kalau sedang marah, rasanya hati terpuaskan kalau kita bisa mengeluarkan sesuatu dalam diri kita, yaitu uang !!! Bahaya kan??!
ketiga, kembali ke pasar tradisional. Ini sih anjuran pribadi saya sebagai seorang yang telah berpraktik sebagai seorang ibu (kayak dukun aja... pake praktik segala). Kalau dibanding-bandingin, semurah apapun harga promosi supermarket, biasanya lebih murah harga pasar tradisional. Makanya, sejak harga-harga pada berubah, saya membatasi diri untuk tidak belanja di supermarket, kecuali kalau lagi cari barang yang 'aneh' untuk ukuran pasar tradisional seperti lasagna, atau beberapa barang import.
Kebetulan sih, tempat tinggal kami dekat pasar tradisional yang lumayan bersih dan lengkap. padahal cuma pasar krempyeng. Itu lho, pasar yang buka cuma pagi doang, siang sudah bubar. Disitu hampir semua keperluan sehari-hari ada. bahkan sayuran yang kelihatannya cuma ada di super market ada juga disitu seperti lettuce, wortel import, paprika, kan lumayan tuh. Harganya.... jelas jauh meek. jauh dibawah harga supermarket maksudnya.
Orang mungkin concern terhadap kualitas. Denger-denger, hasil bumi yang berkualitas bagus, dijual di supermarket, yang sedikit dibawahnya baru dibawa ke pasar tradisional. Kalau bener itu, aduh kacian deh kita-kita. Tapi yang penting adalah kita bisa memilih, ada kok yang menjual barang berkualitas di pasar tradisional.
Yang paling menyenangkan belanja di pasar tradisional, adalah
  1. Kita bisa nawar, hmmm tawar menawar adalah memang sudah maqom-nya wanita. rasanya puas gitu kalau boleh nawar. Kalau di supermarket, mana bisa....
  2. Boleh minta bonus. Nah kalau yang ini adalah ilmu yang diajarkan nenek-nenek kita dulu. Beli lombok imbuh (bonus) daun salam, atau kunyit. Beli bayam bonus kemangi (supaya sayur bayamnya tambah yummmy... Sebetulnya saya punya keinginan, kalau boleh nih, beli lombok minta bonus daging, boleh nggak ya???.......

No comments:

Post a Comment