Tuesday, November 15, 2011

Setelah Dua Bulan di Brisbane I

Waduh, merangkum pengalaman selama dua bulan di kota yang relatif baru bagiku.... berats.  Tapi kucoba.  Karena info semacam ini kadang berguna.  Sebelum aku kesini, aku juga searching tentang Aussie terutama Brissie (wah sudah gaya pake istilah gaul).  Mudah-mudahan, tulisan sederhana ini bisa membantu yang akan kesini.
Edisi pertama ini aku ingin nulis tentang pemenuhan kebutuhan dasar.  Ini penting bagiku terutama sebagai IRT, belanja adalah yang utama..he...he..
Harga-harga?
Tips pertama adalah, ikuti saja apa yang ada disana.  Yang jelas struktur harga tidak sama dengan di Indonesia.  Disini, harga sayur, buah dan daging atau telur relatif seimbang.  Maksudnya, kalau di Indo, harga sayur paling 1/50nya daging, kalau disini 1/3 nya mungkin.  Bayangin, bayam se plastik kecil (hanya untuk sekali masak) harganya $2-4, padahal daging rata-rata satu kilo $9.
Dimana belanja?
sebenarnya aku belum mendatangi semua pasar sehingga cukup kompeten untuk memberi saran.  Tapi berdasar pengalaman, karena kami muslim, maka daging-dagingan kami beli di satu tempat yaitu halal butcher di Fortitude Valley.  Ini hanya masalah lokasi.  Di tempat lain mungkin ada.  mengenai sayur, yah dimanapun ada, asal mau harganya.

Yang menarik adalah adanya toko bahan makanan Asia yang cukup lengkap dimana bumbu-bumbu instan yang kita kenal di Indo ada disini.  Namanya Yuen Market (bukan promosi lho.  Hanya memudahkan identifikasi saja).  Di toko ini sudah tersedia ikan, sayur dan bumbu-bumbu impor dari Indo, termasuk mie instan.  jadi kalau pengen langsung lengkap ya disini tempatnya.  Tapi karena sudah kodrat perempuan. adalah cari pengalaman belanja, maka kami juga mendatangi Saturday market, Sunday market dan besok mau ke Wednesday market.  Tujuan, jelas belanja dan membandingkan harga. Hidup .... perempuan !!

Thursday, October 6, 2011

Ngirit di Brisbane

Karena dapat beasiswa dari DIKTI untuk mengikuti sandwich program selama 3 bulan di University of Queenslands, maka berangkatlah aku dan beberapa teman ke kota Brisbane nan adem.  Ademnya gak tanggung-tanggung.  10 sampai 18 derajat.  Bagi orang yang selalu berada di tempat yang panas, dinginnya sini sungguh menusuk tulang. 
Bukan bermaksud ngirit, tapi karena kami mendapat pemondokan dengan harga $85 per minggu, sungguh hidup terasa dibawah garis kemiskinan.  Setiap malam kedinginan karena landlord (tuan rumah) tidak mengijinkan untuk menggunakan pemanas.  Jangan jadikan $85 per minggu jadi alasan.  Teman-teman yang lebih beruntung bisa dapat harga antara $80 sampai $90 sudah termasuk pemanas dan internet.  Kesimpulannnya adalah : "kami kurang beruntung".  Yo Wis lah.  Dinikmati saja.
Tapi dengan harga pemondokan segitu, dan tentu saja, sehari-hari masak sendiri dan membawa bekal makan siang, kami hidup dengan cukup irit.  Makan siang memang sebaiknya bawa dari rumah karena kalau beli mahal  sekali makan habis 6-10 dollar.  Dengan masak sendiri, urunan paling banter $50 per minggu, itu sudah bisa kami pake makan seminggu. Kalau bosen, sesekali beli makanan atau jajan bersama, ya dari urunan itu, asal gak sering-sering masih affordable.
ternyata pengetahuan manajemen keuangan juga penting untuk mengelola cara belanja kami.  Yang jelas, kami sangat sensitif terhadap harga.  Karena itu, informasi pasar atau tempat belanja yang halal dan murah adalah prioritas kami.  Untuk itu, kami menjadi langganan Buchter halal di Fortitude Valley dan Sunday Market di West Ends.  Asyik pokoknya

Friday, August 12, 2011

Irit Belanja

Sungguh, akhir-akhir ini harga-harga berubah semua.  Sayangnya jarang yang berubah turun.  Kebanyakan berubah naik.  Dengan kenaikan gaji tiap tahun tidak sampai 20% sementara harga kebutuhan hidup seperti sekarang ini, ibu-ibu harus bisa akrobat mempertahankan dapur tetap ngebul sampai akhir bulan.  Aku ingat benar, dari harga beras mulai Rp. 3.000 an, sekarang sudah Rp. 8.000 an, gaji tidak banyak naiknya.  Bukannya tidak bersyukur, tapi inilah kenyataan.  Kami tetap bersyukur masih bisa beli beras.
Salah satu cara untuk bisa tetap menjangkau kebutuhan hidup, kalau dulu suka belanja di supermarket nan adem dan bersih, sekarang aku suka bergerilya ke toko-toko distributor bahan makanan.  Bandingannya, kalau beli eceran Rp. 1.000 di distributor bisa dapat harga Rp. 700 asal beli sepuluh.  Ok lah.  Jadilah, aku kalau belanja seperti orang kula'an atau buka toko kecil.  Beberapa barang aku beli dalam jumlah besar agar dapat harga lebih murah.  Itu berlaku untuk sampoo (aku beli rentengan sachet kecil-kecil), kopi isntan, minuman sereal, coklat bubuk siap minum sampai mie instan.  Semuanya pasti lebih murah dibanding kalau beli di super market.  Situasi belanja juga terasa lain, karena bareng-bareng antri dengan pengusaha kecil toko kelontong.  Sebuah pengalaman yang menyenangkan.  Kadang-kadang saja aku ke supermarket, karena di supermarket juga bisa memberi harga murah kalau lagi program diskon, kan?  Biasanya, minyak goreng dan bahan aneh-aneh seperti spagheti, nori, atau saus-saus 'aneh' lain yang jelas tidak ada di toko distributor terpaksa kucari di super market. 
Demikianlah, kisahku menghemat uang belanja.

Wednesday, June 1, 2011

Panci Serbaguna

Sebagai ibu-ibu yang sibuk (ciee) dan masih suka masak, keberadaan panci serbaguna sangat memang serbaguna.  Selain untuk masak air, masak nasi dengan cepat, panci ini juga bisa untuk membakar kue/cake.  Pokok-e praktis.  Bahan diaduk-aduk sesuai resep, masukkan loyang bulat, panci dialasi kawat dan tangkringkan di kompor.  jadi deh. tinggal tunggu matang

Saturday, January 22, 2011

Akhirnya, hilang juga.

Maksud hati mau mempermudah kerja dengan menambah satu laptop. Ternyata, laptop baru hanya berumur 3 bulan. Hilang dicuri orang!!